kursor imut

My Melody Crying

Rabu, 12 Desember 2012


Jakarta,25 Nopember 2012

IJT#6 Islamic Journalist Training

 “Semangat Perubahan dengan Media Islam”

Alhamdulillah, hari ini hari terakhir ana mengikuti IJT#6 (Islamic Journalist Training) yang diselenggarakan oleh LDK Universitas Negeri Jakarta.Setelah menerima semua materi yang diberikan oleh pembicara yang berasal dari berbagai media dakwah Islam, seperti Hidayatullah, Dakwatuna.com, Firmadani.com, buletin Nuraniku,  dan sederet nama media dakwah lainnya.
Acara yang berlangsung hingga jam 3 sore,selama dua hari berturut-turut cukup melelahkan karena jarak antara rumah ana dan kampus UNJ tidak bisa dibilang dekat.Dengan semangat yang menggebu untuk mengetahui seluk-beluk jurnalistik,ana bertekad mengikuti materi hingga selesai di hari kedua.
Beragam kalangan dari berbagai daerah jabodetabek turut meramaikan acara ini, antara lain, pelajar SMP ,  hingga mahasiswa/i yang berasal dari berbagai macam kampus.Dengan HTM senilai Rp 20.000,-/pelajar&mahasiswa serta Rp 25.000,-/umum , peserta nantinya akan diberikan sertifikat yang pastinya akan berguna dimasa depan kelak.
Banyak sekali ilmu yang ana dapatkan diacara ini, jadi tahu kalau sebenarnya profesi jurnalis/wartawan itu profesi yang sangat membutuhkan nyali dan persiapan yang tangguh.Dijelaskan pula bahwa seorang jurnalis tidak boleh mencampurkan antara opini dan emosi dirinya sendiri ke dalam tulisan yang akan dijadikan berita.Seorang jurnalis harus menyampaikan kebenaran dalam sebuah berita,tidak boleh memihak kepada siapa yang dibela.
SubhanAllah,ternyata peran media sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan sebuah negara.Bagaimana sebuah sejarah bisa diputar balikkan oleh seorang jurnalis, disinilah tantangan profesi jurnalis, apakah ingin kaya dengan hasil uang suap sebuah berita yang sudah disetting alurnya ataukah ingin menjadi jurnalis yang “pas-pas” an bahkan ancaman karena sebuah fakta yang ditulis.
Saat ini masyarakat kita seringkali dibuat resah oleh pemberitaan media yang identik memojokkan Islam.Fitnah disana-sini, hanya karena berpenampilan layaknya sunah Rosululloh seseorang kerap dihakimi sepihak.Disinilah peran media Islami sangat dibutuhkan untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya terjadi.Sungguh bukan rahasia umum lagi bahwa musuh-musuh Islam siap menyerang dari berbagai penjuru arah,salah satunya lewat pembentukan mind set yang salah di masyarakat awam.
Melalui media-media informasi hasil karya jurnalis musuh Islam , dengan mudahnya mereka memberitakan suatu kejadian yang belum terbukti kebenarannya,sebut saja kasus teroris dan Densus 88.Musuh Islam itu selalu membuat Head Line yang miring tantang Islam.Menyebut Islam penuh kekerasan , begini , begitu , bla bla bla . ,
Tentunya kita sebagai generasi muda Islam tak akan mau dien nya difitnah dan diinjak-injak oleh oknum kafir yang notabene musuh kita semua ,para pemuda Islam.Kita sebagai pemuda Islam harus lebih awas dan sigap menghadapi badai ke-toghut-an yang dibawa oleh kaum Liberal, Feminis , dan masih banyak lagi pemahaman-pemahaman lain yang siap menggoncang aqidah Islamiyah kita.
Ana menangkap beberapa pesan penting lewat IJT#6 ini, bahwa peran Media Islam sebagai sarana dakwah sangatlah urgent diperlukan umat Islam saat ini ditengah gempuran fitnah akhir zaman.Dakwah tersebut bisa lebih mudah disebarkan lewat media informasi yang mendukung kemajuan dan kebangkitan Islam ,seperti Hidayatullah.com dan tentunya buletin tercinta El-Hikmah.Apalagi dizaman canggih serba nge-klik ini, dalam hitungan detik dunia sudah digenggaman tangan.
Tapi, apa benar semua lapisan masyarakat Indonesia sudah menikmati fasilitas internet? Ternyata masih ada beberapa wilayah di nusantara yang masih sulit mengakses informasi.Sebut saja beberapa daereh pelosok di pulau-pulau tertentu ,misalnya Papua, Kalimantan dan beberapa wilayah terpencil lainnya.Media dakwah Islami Hidayatullah masih menerbitkan majalah untuk didistribusikan kepada seluruh masyarakat yang berada di wilayah terpencil, dengan berbagai macam resiko yang harus ditanggung.Pembicara dari Hidayatullah bercerita bahwa salah satu dari tim ada yang tewas dimakan buaya saat melintasi sungai ketika berusaha membagi-bagikan majalah dakwah kepada warga setempat.Masya Allah , begitu beratnya resiko yang diemban demi sebuah eksistensi syiar Islam!

Selasa, 11 Desember 2012


Masehi
(Tahun berdasar kelahiran Isa Al Masih Putra Maryam,dianggap Yesus oleh Nasrani)

By: SHEELA ASH SHITZUKA

 
Assalamu’alaikum sahabat ,
Belum lama kita merayakan tahun baru Hijriah di bulan Muharram, seolah tak mau ketinggalan Umat yang lain juga akan merayakan tahun baru Masehi. Sistem kegiatan kita sehari-hari memakai penanggalan Masehi ini.Mulai dari kalender pendidikan hingga pemerintahan.Oke , semua sudah pasti tahu , kita telah berada di bulan Desember, bulan paling bontot dalam penanggalan Masehi.
Dalam bahasa Inggris sering ditemukan tulisan berupa singkatan untuk menyebut suatu historis kejadian atau peristiwa. Misal March 5th BC , nah yang perlu kita ketahui adalah makna BC atau ana lebih mengenal dengan cara membaca Before Chrismast. Ya di kamus bahasa Indonesia-Inggris sendiri kata Chrismast bermakna Natal. Umat nasrani mencatat dalam sejarah mereka suatu peristiwa sangat penting bagi mereka, yaitu kelahiran Yesus Kristus yang kita kenal sebagai Nabi Isa ‘Alaihissalam.Contoh penanggalan Before Chrismast tadi bisa berarti 5 Maret sebelum Natal, sebelum kelahiran Yesus.
Inilah keutamaan dari sebuah identitas suatu kaum/umat.Kita sebagai umat muslim sudah terlalu jauh megikuti identitas umat lain, termasuk masalah penanggalan. Kaum muslim di Indonesia lebih condong hafal nama-nama bulan ditahun Masehi ketimbang nama-nama bulan Hijriah. Sungguh bagaimana kita bisa menjadi muslim yang sebenarnya kalau kita tidak menghargai nilai-nilai sejarah yang kita punya. Hijriah dan Masehi sama-sama memiliki 12 bulan, namun tidak sama dengan makna yang dikandung keduanya.
Hijriah merupakan penanggalan yang digunakan umat Islam yang berpatokan pada hijrahnya Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam dari Mekkah ke Madinah, bisa bermakna pula hijrahnya peradaban jahiliyah ke peradaban Islam yang cemerlang.
Masehi , suatu sistem penanggalan yang perhitungannya menggunakan nilai sejarah kaum Kristen yang berdasar pada hari kelahiran Isa Bin Maryam. Mereka disesatkan dalam pikiran mereka sendiri yang menganggap Isa ‘Alaihissalam adalah anak Tuhan. Menganggap bahwa “anak” Allah telah lahir , mereka anggap Isa ‘Alaihissalam adalah sang juru selamat penebus dosa umat manusia. Bukankah dosa seorang manusia akan dipertanggungjawabkan atas dirinya sendiri? Jauh dari logika jika seseorang mau menebus dosa manusia lainnya.
Nah,jika fondasi suatu sistem sudah diragukan kebenarannya , mengapa masih dipertahankan hingga kini? Tak lain hanya karena kebodohan yang menutupi akal sehat jika jelas-jelas sesuatu yang salah masih dianggap benar.
Lalu apa yang terjadi dengan fenomena di milenium 3 ini? Hampir seluruh dunia selalu merayakan malam pergantian tahun Masehi. Kembang api sangat meriah menghiasi langit malam pergantian 31 Desember menuju 1 Januari.Sesuai peristiwa Natal tadi , itulah sebab mengapa lagu-lagu pujian umat Kristen dan nasrani selalu berisi ucapan Natal dan tahun baru yang selalu berdampingan hingga kini. Tradisi mereka setelah Natal pasti merayakan tahun baru.Lalu setelah mengetahui kaitan antara tradisi non muslim , mengapa kita masih menghabiskan kegiatan di malam yang sama dengan kegiatan yang sama persis dengan mereka?
Bukankah Rosululoh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda , “Barang siapa mengikuti kebiasaan suatu kaum, maka ia termasuk golongan tersebut.” Na’udzubillah Min Dzalik, maukah kita menjadi golongan umat yang kuffar terhadap Allah Subhana Wa Ta’ala? Tentu kita tidak mau seperti mereka yang telah dijanjikan siksa dan adzab yang sangat pedih oleh-Nya.
Memang sulit bagi kita untuk menolak ajakan teman-teman kita , untuk sekadar bersenang-senang menikmati hiburan di tempat-tempat rekreasi yang sering mengadakan acara live party serta have fun yang tentunya sangat menyenangkan kaum muda sepert kita. Tapi kita juga harus berpikir , pantaskah kita bersenang-senang , sementara banyak saudara-saudari kita di Palestin sedang ditindas oleh kaum yang tradisi tahun baruannya kita tiru? Maukah kita disamakan dengan kaum yang menindas saudara-saudari kita di Palestin ? Berpikirlah sahabat..,

Wallohu ‘Alam Bisshowab