Sirin terdiam melihat kencangnya mobil yang melewati jalan
ibu kota dibilangan elit Jakarta Selatan. Tangannya memegangi perutnya yang ia
rasakan semakin membesar tiap hari. Bulu mata lentiknya tak mampu menepis air
mata kesedihan yang sangat menyiksa batinnya.
“Aku sudah tak berharga.” Ia bergumam pada dirinya sendiri .
Perlahan ia melangkahkan kakinya menyusuri anak tangga
jembatan penyeberangan, ia bertekat ingin mengakhiri hidupnya serta hidup
seeorang janin hasil cinta terlarangnya dengan seorang mahasiswa semester akhir
yang menjadi guru les fisikanya. Ia merasa kecewa dengan sikap ibunya yang
menyuruhnya menggugurkan kandungannya. Sirin tak mengerti kenapa ibunya sampai
tega mengatakan hal seperti itu.
Allah, aku tak pernah mengerti kenapa ibuku sampai
berkata seperti itu kepadaku? Bukankah ibuku pernah mengalami kehamilan seperti
yang ia rasakan saat ini?
Allah, jika waktuku boleh dikembalikan. Aku tidak
ingin bertemu dengan Kak Dion yang bermata teduh itu.
Kak Dion, aku sangat bodoh karena dengan mudahnya
mempercayaimu sebagai pangeran belahan jiwaku. Kesempurnaanmu sebagai laki-laki
muda penuh dengan magnet yang sanggup menarik diriku ke alam fatamorgana cinta.
Cinta yang belum ku pahami seutuhnya yang membuatku menderita .
Kak, bila kau sungguh mencintaiku pasti kau telah
menjadikanku istri dan membawaku hidup bersama.Aku tak menginginkan apa-apa darimu. Aku hanya ingin kau
bertanggung jawab atas semua yang
terjadi pada diriku saat ini. Aku tak sanggup melihat bayiku tumbuh tanpa ayah
yang mendampinginya.
Sirin kembali membuka lipatan surat yang ia tulis sendiri. Ia
ingin saat nyawanya sudah berpisah dengan jasadnya , ibunya dan Kak Dion membacanya.
Setelah kematian ayahnya setahun lalu, hanya Ibu, Keke sahabatnya, dan Kak Dion lah
yang berada di dekatnya. Kak Dion menghilang bagai tenggelam dalam lautan
setelah mengetahui dirinya mengandung benih cintanya. Sementara ia tak mungkin
menghabiskan hari-hari di rumah Keke. Orang tuanya sangat keras, apa yang
mereka lakukan jika mengetahui dirinya hamil diluar nikah.
Bisikan syetan berhasil mempengaruhi dirinya untuk
mengakhiri hidupnya dengan cara yang zalim. Sirin menarik napas panjang, ia
akan segera terjun dari jembatan penyeberangan menerjang arus kendaran yang
lalu lalang dengan kecepatan tinggi.
“Astaghfirullah! Apa yang akan kau lakukan nak?” seorang ibu
paruh baya dengan pembawaan halus segera memeluk tubuh lemah Sirin. Ibu itu
sangat terkejut mekihat kaki Sirin sudah naik ke pagar pembatas jembatan.
“Tidak! Aku tidak ingin hidup lagi! Aku tak mau bayiku lahir
tanpa ayah disampingnya! Aku sudah tak berharga !” Sirin terisak dipelukan
wanita paruh baya tersebut.
“Kau tak pantas berkata seperti itu nak, semua jalan hidup
kita sudah ada yang mengaturnya. Serahkan semua kepada Allah nak.”
“Bu, ibu tak merasakan apa yang saat ini terjadi pada saya.
Saya mengandung seorang bayi hasil hubungan dengan laki-laki yang kukira
mencintaiku.”
Dengan kelembutan seorang ibu, wanita paruh baya itu
mengelus kepala Sirin.
“Nak, cukup lah kesalahan yang kau perbuat bersama laki-laki
itu. Jangan kau hancurkan dirimu sendiri dengan tindakan bodoh seperti ini.
Bertaubatlah, insya Allah dosa-dosa zina akan diampuni Allah jika
sungguh-sungguh bertaubat.”
Masih dalam dekapan wanita paruh baya. Sirin yang memang
kurang merasakan kasih sayang seorang ibu mendapat kehangatan pancaran kasih
sayang seorang ibu melalui dekapan wanita paruh baya tersebut. Sirin merasakan
aura yang begitu menentramkan jiwanya.
“Sebenarnya anda siapa bu? Ibuku sendiri tidak pernah
memelukku sehangat ini. Ibuku sendiri menyuruhku untuk menggugurkan bayi ini.”
Sirin bertutur sambil terisak.
“Saya makhluk Allah yang kebetulan dengan izin-Nya lewat
sini, dan melihat adik seperti ingin meloncat ke bawah. Sungguh hati ibu sedih
melihatnya. Tidak pantas seorang hamba yang lemah menentang kehendak-Nya dengan
cara seperti ini.”
Sirin menatap wajah wanita paruh baya tersebut, ia melihat
kebeningan matanya memancarkan kasih sayang seorang ibu sejati.
ikuti terus kisahnya,, follow my blog :)